Pemanasan global merupakan masalah serius yang belum teratasi. Berbagai macam penelitian mencoba mencari solusi untuk mengatasi permasalahan pemanasan global. Penyebab terbesar dari pemanasan global merupakan kandungan CO2 yang terlalu tinggi di udara sehingga mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca. Tingginya konsentrasi CO2 di udara membuat suatu lapisan semu, yang dapat memantulkan panas matahari yang seharusnya dipantulkan ke atmosfer oleh permukaan, kembali dipantulkan ke permukaan. Akumulasi panas di permukaan ini mengakibatkan naiknya suhu permukaan di bumi, yang semakin
Tingginya kandungan CO2 di udara dihasilkan dari beberapa sumber. Sumber utama penghasil CO2 yaitu pernapasan dari setiap manusia, setiap orang bernafas menghirup O2 dari udara dan menghembuskan CO2 ke udara. Semakin tingginya populasi manusia di dunia akan berbanding lurus dengan laju kenaikan konsentrasi CO2 di udara. Kurangnya lahan hijau di permukaan bumi yang dapat mengubah CO2 ke O2 tidak dapat mengimbangi peningkatan jumlah CO2 yang dihasilkan. Ditambah lagi dengan kegiatan perluasan lahan yang mengorbankan lahan yang seharusnya hijau menjadi lahan kegiatan pembangunan. Mulai digunakannya kendaraan bertenaga listrik juga membantu mengurangi sumber CO2 dari emisi kendaraan bermotor. Namun laju konversi kendaraan bermotor menjadi kendaraan listrik terlalu lambat sehingga tidak begitu membantu dalam menekan polusi udara.
DAC atau direct air capture merupakan suatu inovasi yang dapat digunakan untuk mengurangi kandungan CO2 di udara secara langsung dan mengkonversi hasil CO2 yang ditangkap dalam bentuk larutan atau pellet CaCO3. Secara sederhana DAC bekerja dengan menarik udara ke dalam sistem DAC menggunakan kipas atau blower yang besar. Jumlah CO2 yang ditangkap kurang kurang lebih sekitar 80% dari kandungan CO2 di udara. Di dalam sistem DAC, terdapat suatu PVC surface yang mengandung larutan yang dapat menangkap CO2 dan mengubahnya menjadi larutan karbonat. Larutan karbonat mengalir dari atas pvc surface ke bawah dengan pengaruh gravitasi. Larutan karbonat kemudian ditampung. Hasil larutan karbonat yang didapat dapat dikonversi kembali menjadi bentuk kalsium karbonat, atau langsung dikembalikan ke dalam tanah sebagai energi karbon alami. Larutan karbonat juga dapat digunakan sebagai bahan bakar. Atau dibuat menjadi pellet kalsium karbonat untuk alternatif penggunaan lebih lanjut.
Chemical surface merupakan suatu material yang disebut sebagai High Surface area contactor. Sebagaimana disebut sebagai surface area, material ini memiliki permukaan yang kaya akan pori yang berfungsi sebagai adsorben dalam menampung larutan CO2 capture, Dalam hal ini surface area dari material perlu dipastikan untuk memiliki kapasitas tampung sebagai adsorben. Surface area dan porositu merupakan parameter utama yang menentukan kualitas daripada suatu material absorbent. Absorbent merupakan suatu material yang memiliki banyak rongga atau pori di permukaan yang sehingga memiliki luas permukaan yang sangat besar meskipun memiliki ukuran partikel yang kecil. Semakin besar surface area dan porosity dari suatu adsorben semakin besar pula kapasitas serap atau tamping dari material tersebut.
Surface area dan porosity dapat ditentukan dengan metode physisorption yang mana digunakan suatu absorptive berupa gas inert yang akan dikondisikan pada tekanan dan suhu rendah, sehingga dapat molekul gas inert dapat menempel dan mengisi ruang dan permukaan dari rongga dan pori suatu material. Micromeritics merupakan expert di dalam bidang karakterisasi material yang salah satunya adalah material berpori. Surface area and porosity suatu material dapat diukur menggunakan peralatan seperti 3Flex physisorption dari micromeritics. Dengan tingkat akurasi dan sensitivity yang sangat baik, 3-Flex dari Micromeritics merupakan peralatan flag-ship dalam analisa surface area & porosity.