Membedakan Gula Murni dan Gula Oplosan

Gula aren merupakan komoditi yang paling ramai saat ini sejak mulai digunakan untuk pengganti gula cair pada minuman kopi. Kopi gula aren sendiri kini menjadi minuman yang paling banyak di konsumsi oleh konsumen sebagai minuman yang sering disebut “kekinian” karena trend yang ramai. Sampai saat ini sudah cukup banyak restoran cepat saji (minuman) yang menjadikan gula aren sebagai campuran dalam racikan minuman. Mulai dari harga kurang dari 10rb, sampai lebih dari 30rb. Minuman gula aren mulai digemari oleh para konsumen karena harga yang terjangkau dan juga mudah didapatkan di mana-mana.

Banyaknya penggunaan gula aren sebagai campuran minuman membuat banyaknya gula aren beredar di pasaran. Mulai dari gula aren konsentrat atau gula aren cair yang dapat langsung dicampurkan ke dalam racikan minuman. Gula aren yang beredar ini juga di jual dengan kisaran harga yang beragam berdasarkan tipe dan ukuran kemasan. Meskipun begitu tidak semua gula aren yang beredar di pasaran merupakan gula aren murni. Gula aren oplosan atau campuran juga banyak beredar di pasaran dengan harga yang lebih murah. Proses oplosan ini dapat diartikan dengan mencampurkan gula aren dengan gula lain yang cenderung lebih murah untuk mendapatkan kuantitas yang lebih besar dengan biaya pembuatan atau bahan mentah yang lebih murah. Gula aren oplosan tentu saja tidak menyebutkan kalau mengandung oplosan di kemasan, sehingga konsumen yang kurang mengerti tidak akan tau apakah gula aren yang mereka beli dan gunakan sebagai campuran minuman benar-benar gula aren asli. Hal ini pula yang mengakibatkan rasa dari kopi gula aren di satu restoran  berbeda satu dengan yang lainnya. Selain dari komposisi racikan, gula aren cair yang digunakan juga berbeda-beda. 

Beberapa perusahaan minuman yang menjual kopi gula aren mulai melirik kondisi ini. Mulai dengan memastikan sumber didapatkannya gula aren yang mereka gunakan, sampai mencari cara untuk membedakan gula aren yang mereka beli merupakan gula aren murni atau oplosan. Gula aren oplosan mungkin bisa dibedakan secara rasa oleh orang-orang yang memang ahli di bidang makanan seperti chef misalnya. Namun metode tersebut kurang efisien secara waktu dan biaya mengingat jumlah gula aren yang digunakan dalam suatu perusahaan minuman. Terlebih lagi metode tersebut cenderung subjektif dan masih ada kemungkinan untuk di manipulasi.

Metode pengujian laboratorium juga banyak dilakukan, seperti pengujian sampel gula berdasarkan rotasi optik, ataupun refraktif indeks. Namun metode tersebut tidak dapat membedakan gula aren murni dan oplosan dikarenakan campuran oplosan adalah gula jenis lain. Adapun metode yang dapat digunakan untuk membedakan satu gula dengan gula yang lain adalah berdasarkan isotop carbon. Isotop merupakan suatu acuan yang paling mendasar dari suatu bahan, yang nilainya tidak akan berubah meskipun melalui berbagai tahap proses. Oleh karena itu, gula aren dan gula yang digunakan untuk oplosan dapat dibedakan berdasarkan isotop dikarenakan berbeda asal usulnya. Analisis isotop merupakan analisis kompleks yang dilakukan dengan perangkat instrumentasi di dalam lab khusus menggunakan peralatan IRMS. Isotope ratio mass spectrometer, merupakan metode analisis yang dapat membedakan suatu komponen berdasarkan perbedaan isotope nya. Hanya saja metode ini cenderung membutuhkan biaya dan waktu yang lama karena mahalnya peralatan yang digunakan dan operasional peralatan IRMS sendiri membutuhkan operator yang memang ahli dalam bidangnya.

Selain IRMS, CM-CRDS merupakan suatu opsi yang dapat dilakukan untuk uji isotop terhadap suatu bahan. Metode ini secara cost jauh lebih murah dibandingkan dengan IRMS, karena kembali lagi analisis isotope membutuhkan peralatan instrumentasi yang tergolong flagship.CM-CRDS merupakan metode yang dipatenkan oleh perusahaan yaitu Picarro yang mengembangkan instrumentasi untuk kebutuhan analisa trace gas dan isotope. Secara metode sampel gula akan dibakar dalam reaktor (CM) dan gas hasil pembakaran akan dipisahkan dalam kolom GC untuk memisahkan gas CO2 yang akan dianalisa di komponen CRDS. CM CRDS dapat memberikan informasi perbandingan konsentrasi isotop karbon 12 terhadap karbon 13 yang disebut delta isotop karbon dalam satuan permill (‰). Nilai delta isotop karbon inilah yang akan dijadikan acuan pembeda antara gula aren murni dan oplosan.

Adapun contoh penggunaan isotop dalam membedakan madu murni dengan oplosan adalah madu murni berasal dari lebah, sedangkan gula yang digunakan sebagai oplosan madu berasal dari tanaman. Secara nilai isotop perbedaan madu dan gula dari tumbuhan akan menunjukkan angka yang berbeda yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui suatu madu murni atau tidak. Contoh lain adalah, air kelapa dalam kemasan. Produk ini dapat dilihat apakah air kelapa tersebut menggunakan tambahan pemanis buatan atau tidak berdasarkan nilai delta isotop karbon nya. Karena sumber air kelapa yang dihasilkan dari pohon kelapa di daerah pantai, akan memiliki nilai isotop yang berbeda dengan gula campuran yang dihasilkan dari tanaman yang tidak tumbuh di tepi pantai.